Danau Tiga Warna, Magnet Flores Di Taman Nasional Kelimutu

Danau Tiga Warna, Magnet Flores Di Taman Nasional Kelimutu

28 May, 2024

kelimutu tiga warna.jpg

Ende, Mei 2024. Berada di puncak Gunung Kelimutu, Danau Tiga Warna dengan warnanya yang kerap berubah, menjadi daya tarik wisatawan.

Memiliki ketinggian 1.384,5 mdpl, Gunung Kelimutu yang bertipe strato karena bentuknya seperti kerucut, berdiri tegak di bumi Flores, Nusa Tenggara Timur, yaitu di dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan "mutu" maknanya adalah mendidih. Jadi, dapat diartikan bahwa Kelimutu adalah gunung mendidih dengan perbedaan warna air.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada beberapa media menyampaikan Gunung Kelimutu mengalami erupsi pada Tahun 1867 dan memiliki interval erupsi berkisar 1-73 tahun. Erupsi terakhir terjadi pada Juni 1968 berupa letusan yang didahului suara desisan dan semburan air cokelat kehitaman di bagian barat danau. Saat penulis berkunjung pada bulan Mei 2024, Gunung Kelimutu berstatus Waspada.

Danau Tiga Warna dengan tiga kawahnya Tiwu Ata Polo, Tiwu Ko'o Fai Nuwamuri, dan Tiwu Ata Bupu melengkapi keindahan Gn Kelimutu dan menjadi magnet bagi wisatawan domestik dan bahkan mancanegara untuk mengunjungi Taman Nasional Kelimutu. Suku Lio, yang tinggal di sekitar Taman Nasional Kelimutu, mempunyai keyakinan bahwa Danau Tiga Warna terhubug dengan nenek moyang mereka yaitu :

  • Danau kesatu atau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai: tempat berkumpul jiwa muda yang sudah meninggal.
  • Danau kedua atau Tiwu Ata Polo: Tempat berkumpul jiwa orang meninggal yang selama hidup melakukan kejahatan.
  • Danau ketiga atau Tiwu Ata Mbupu: Tempat berkumpul jiwa orang tua yang sudah meninggal.

Sebagian wisatawan mungkin belum mengetahui bahwa Gunung Kelimutu adalah bagian utama dari Taman Nasional Kelimutu ditunjuk sebagai kawasan konservasi sejak tahun 1992. Selanjutnya pada Tahun 2017 dilakukan penetapan Taman Nasional Kelimutu sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan dengan SK No. 675/Kpts-II/97 dengan luas 5.356,5 Hektare.

Di samping danau tiga warna, Taman Nasional Kelimutu juga memiliki vegertasi unik yaitu cantigi gunung. Bagi yang beruntung, dapat berjumpa dengan burung langka yaitu Gerugiwa (Pachycepala nudigula nudigula) yang dikenal mempunyai 12 nada suara berbeda setiap ia berkicau. Taman Nasional Kelimutu juga menjagi habitat sekitar 100 spesies fauna. Untuk floranya dapat seperti Cemara, Kesambi, Kodal, Kesi, Bunga Abadi Edelweiss, dan masih banyak lagi.

Di samping danau tiga warna, Taman Nasional Kelimutu juga memiliki vegertasi unik yaitu cantigi gunung. Bagi yang beruntung, dapat berjumpa dengan burung langka yaitu Gerugiwa (Pachycepala nudigula nudigula) yang dikenal mempunyai 12 nada suara berbeda setiap ia berkicau. Taman Nasional Kelimutu juga menjagi habitat sekitar 100 spesies fauna. Untuk floranya dapat seperti Cemara, Kesambi, Kodal, Kesi, Bunga Abadi Edelweiss, dan masih banyak lagi.

Sejak tahu 1920an itulah banyak wisatawa asing mulai datang menikmati fenomena alam dan budaya setempat di Taman Nasional Kelimutu. Selain sebagai lokasi wisata, Taman Nasional Kelimutu juga menjadi surga peneliti geologi yang ingin tahu kejadian alam yang langka di dunia.

kelimutu tiga warna1.jpg

Perubahan Warna pada Ketiga Danau

Gunung Kelimutu memiliki tempat spesial yang disebut “Titik Inspirasi”, yaitu sudut pandang di mana pengunjung dapat melihat ketiga danau kawah berwarna. Menurut kepercayaan masyarakat, air danau yang berubah warna merupakan pertanda bahwa akan terjadinya musibah atau bencana, seperti gempa bumi dasyat yang melanda Flores tahun 1992 di tandai dengan adanya perubahan warna danau.

Dilansir dalam laman www.kelimutu, perubahan warna pada ketiga danau di gunung kelimutu terlepas akan kepercayaan masyarakat, terjadi karena pengaruh dari mekanisme vulkanis di kawasan tersebut. Terjadinya aktivitas vulkanis yang mendesak gas-gas di dalam bumi hingga keluar ke permukaan, gas itu bereaksi dan bercampur di danau dan menyebabkan perubahan warna air danau.

Warna air pada kawah, terutama Kawah Tiwu Nua Muri Koo Fai, dipakai sebagai parameter penting dalam penentuan status aktivitas bencana. Perubahan warna dari hijau menjadi putih menandakan meningkatnya aktivitas Gunung Kelimutu. Perubahan warna ini tidak mempunyai pola yang jelas, tergantung aktivitas magmatic yang terjadi.

Para ilmuwan yang telah melakuka survei geokimia pada danau, menemukan bahwa air di setiap danau ditemukan berbeda secara kimia sehingga menghasilkan warna yang bervariasi.

Danau Ata Mbupu adalah danau kawah volkanik sulfat-asam yang lebih aktif pada tahun 1970-an daripada sekarang, sedangkan Danau Ata Polo adalah danau asam-garam dan bersifat intermediate dalam aktivitas vulkanik. Perubahan warna yang sering terjadi adalah karena perubahan dalam keadaan oksidasi air. Secara sederhana perubahan warna danau mirip dengan bagaimana warna darah terlihat melalui kulit kita. Ketika terjadi kekurangan oksigen, air terlihat hijau seperti urat di pergelangan tangan. Demikian pula, ketika danau kaya oksigen, maka akan tampak merah atau kehitam-hitaman.

Saat ini, dilansir dari berbagai media warna danau kelimutu saat ini masih cenderung berwarna hijau dan hijau kebiruan.

Aksesibilitas

Untuk menuju Gunung Kelimutu, perjalanan dapat ditempuh dari kabupaten Ende ke Desa Moni. Desa Moni adalah sebuah desa yang berada di kaki Gunung dengan jarak perjalanan 65 KM atau setara 3 jam dari Kabupaten Ende.

Perjalanan menuju desa Moni dapat dilakukan dengan kendaraan bermotor atau menggunakan jasa perjalanan menuju Desa Moni atau Gunung Kelimutu. Dari Desa Moni, setidaknya kita harus menempuh 15 kilometer untuk sampai ke gerbang pintu masuk Taman Nasional Kelimutu.

Tiket masuk kawasan Taman Nasional Kelimutu bagi pengunjung domestik pada 2020 dikenakan tarif sebesar Rp5.000 dan untuk pengunjung mancanegara sebesar Rp150.000. Untuk biaya tambahan parkir kendaraan, untuk motor dikenakan Rp5.000 per unit sedangkan untuk mobil dikenakan tarif Rp10.000 per unit. Semua tarif ini dikenakan sesuai peraturan yang berlaku .

Menikmati Keindahan Danau Tiga Warna

Gunung kelimutu dengan ketinggian mencapai 5.377 kaki memiliki kelerengan yang cukup terjal. Namun, terdapat salah satu jalur yang umum dilalalui oleh pengunjung. Jalur ini berupa jalur setapak dengan dilengkapi pagar pelindung kita tidak boleh keluar jalur agar kegiatan wisata alam yang dilakukan tetap aman.

Jalur ini dimulai dengan situs Pere Konde, situs penting bagi suku Lio, suku asli gunung Kelimutu. Pere konde adalah sebuah batu besar yang menyerupai sebuah pintu yang dipercaya sebagai pintu masuk para arwah menuju keabadian di ketiga danau. Perjalanan selanjutnya, menuju parkiran dan situs pesanggerahan Belanda. Situs peninggalan Belanda ada disebelah utara dari tempat perhentian kendaraan. Dari sinilah pengunjung harus berjalan kaki menuju puncak Kelimutu.

Sebelah selatan dari tempat perhentia kendaraan, terdapat taman arboretum yang lebat dan padat. Setidaknya terdapat 140 jenis pohon dan semak, serta 36 jenis tanaman herbal.

Saat berjalan menyusuri jalur trekking, kita akan dimanjakan dengan pepohonan Cemara. diantara pepohonan tersebut, ada anjungan Garugiwa. Bagi para pengamat burung khusunya burung Garugiwa atau bulbul Flores, anjungan ini adalah destinasi yang tidak boleh dilewatkan.

Jalur trekking yang terus mengarah ke puncak akan membawa pengunjung menuju situs Pati Ka. Situs ini merupakan tempat dilakukannya acara seremonial Pati Ka Du’a Ata Mata yang diselenggarakan setiap tahunnya. Masyarakat Lio secara tetap setahun sekali berziarah ke kawasan Kelimutu dan mempersembahkan sesaji bagi leluhur.

50 meter dari situ Pati Ka, kita dapat menjumpai Kawah Tiwu Ata Polo. Untuk menuju puncak Kelimutu, perjalanan menanjak dilakukan dengan menapaki jalur tangga dan dimanjakan dengan keindahan Danau kelimutu.

Puncak kelimutu yang disebut “Titik Inspirasi”, sebenarnya bukan titik tertinggi di Kelimutu, namun merupakan satu-satunya tujuan pendakian di gunung ini. Anda tidak boleh meninggalkan jalan setapak atau area berpagar karena lereng curamnya berbahaya.


Penulis: DewiRPN

Sumber : www.kelimutu.id Balai TN Kelimutu

Editor : Tri Winarni

Posted in Artikel on May 28, 2024




Artikel Lainnya


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi

Jakarta: Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok 1 Lantai 15, Jl. Jend. Gatot Subroto Senayan
Bogor: Jl. Ir. H. Djuanda No.15 Bogor
Phone: Jakarta (021) 5790 3072, Bogor (0251) 8324 013
Email: dit.pjlhk@gmail.com

Copyright 2020 © Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi. All Rights Reserved.